Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti
(2004:74) :
“Return On
Investment (ROI) adalah rasio
yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh
kekayaan yang dimiliki perusahaan.”
Menurut Susan Irawati (2006:63) :
“Return on Investment (ROI) yaitu suatu cara untuk mengukur
seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang
dimiliki perusahaan.”
Menurut S. Munawir (2007:89) :
“Return On Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari
rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan”.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:305) :
“Rasio ini menunjukkan berapa
persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik.”
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Return On
Investment (ROI)
ROI juga
dapat dilihat dengan mengkombinasikan dua faktor, yaitu:
1. Turnover dari operating assets (Tingkat perputaran aktiva yang
digunakan untuk operasi, yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.)
2. Profit Margin, yaitu keuntungan operasi yang
dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih, profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang
dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualan.
Besarnya ROI akan berubah kalau
ada perubahan profit margin atau assets
turnover, baik masing-masing atau kedua-duanya. Dengan demikian maka
pimpinan perusahaan dapat menggunakan salah satu atau kedua-duanya dalam rangka
usaha untuk memperbesar ROI. Usaha mempertinggi ROI dengan memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk
mempertinggi efisiensi disektor produksi, penjualan dan administrasi. Usaha
mempertinggi ROI dengan memperbesar assets
turn over adalah
kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun
aktiva tetap.
Analisis Return
on Investment
Analisa Return on Investment (ROI) dalam analisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu tehnik analisa keuangan
yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan tehnik
yang lazim digunakan oleh pemimpin perusahaan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
Return On Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (net
operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets).
Adapun rumus Return On Investment adalah sebagai berikut:
Ada juga
cara lain yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegunaan Analisis Return
On Invesment(ROI)
a. Sebagai salah satu kegunaan yang
prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan
praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan teknik analisa
ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi
dan efisiensi bagian penjualan.
b. Apabila perusahaan
mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh ratio industri, maka
dengan analisa ROI dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada
perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui
apakah perusahaannya berada dibawah, sama, atau diatas rata-ratanya. Dengan
demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada
perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
c. Analisa ROI juga dapat digunakan
untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi
atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal kedalam bagian
yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate
of return pada tingkat bagian
adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain
didalam perusahaan yang bersangkutan.
d. Analisa ROI juga dapat digunakan
untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Dengan menggunakan “product cost system” yang baik, modal
dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai-bagai produk yang dihasilkan
oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat dihitung
profitabilitas dari masing-masing produk.
e. ROI selain berguna untuk
keperluan control, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya ROI dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan kalau perusahaan akan
mengadakan expansi.
Kelemahan Analisis Return
On Investment(ROI)
a. Salah satu kelemahan yang
prinsipil ialah kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan
lain yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang
digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda. Perbedaan
metode dalam penilaian berbagai-bagai aktiva antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain, perbandingan tersebut akan dapat memberi gambaran yang
salah.
b. Kelemahan lain dari tehnik
analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya
belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan
inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan
hal ini akan berpengaruh dalam menghitung investment
turnover dan profit margin.
c. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return
on investment saja tidak akan
dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih
dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
Pengaruh Profit
Margin terhadap Return On Investment(ROI)
Rasio laba usaha dengan penjualan
penjualan neto berkaitan dengan total aktiva yang digunakan untuk mencapai sales revenue. Rasio laba usaha
dengan penjualan bersifat komplementer (pelengkap) dengan rasio laba bersih
dengan Return On Investment.
Berdasarkan teori-teori tersebut
diats dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya
dengan sales, sedangkan “operating
turnover” dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat
kepada kecepatan perputaran operating
assets dalam suatu periode
tertentu.
Hasil akhir dari pencampuran
kedua efisiensi profit margin dan operating
assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena itu
makin tingginya tingkat profit
margin atau operating assets turnover masing-masing atau keduannya akan
mengakibatkan naiknya earning
power.
Seperti
halnya yang telah dikemukakan S. Munawir
(2007:89) bahwa:
“Besarnya Return On Invesment akan berubah kalau ada perubahan Profit Margin atau Asset
Turn Over, baik masing-masing atau keduanya.”